- Featured Post 1 with Small Thumbnail
- Featured Post 2 with Small Thumbnail
- Featured Post 3 with Small Thumbnail
- Featured Post 4 with Small Thumbnail
Bung Karno
Sang Proklamator Kemerdekan Negara Republik Indonesia
Soekarno
REvolusi Belum Selesai
Raja Soefa Leöe Amanoeban
Raja Soefa Leöe Amanoeban Punya kursi roda Niki Niki di Timor Barat
Okomama
salat satu budaya yang menjadi alat komonikasi lisan dalam kehidupan masyarakat adat Timor Dawan
Tuesday, August 22, 2017
Konflik Yugoslavia
KONFLIK YUGOSLAVIA
Konflik Yugoslavia disebut sebagai perang paling mematikan di Eropa setelah Perang Dunia. Konflik ini terjadi di enam negara bagian yang ingin memisahkan diri dari Federasi Yugoslavia dan membentuk Negara merdeka berdaulat yakni bangsa Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegoniva, Serbia, Montenegro, dan Makedonia . Konflik Yugoslavia merupakan konflik antar etnis yang dimulai sejak meninggalnya Joseph Broz Tito, pemimpin Yugoslavia terdahulu. Pengganti Joseph Broz Tito, Slobodan Milosevic tidak berhasil menyelesaikan konflik ini. Demikian memburuknya situasi, hingga PBB pun membentuk International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY) untuk mengusut kejahatan perang yang terjadi selama konflik etnis berlangsung. Sementara itu, keenam negara bagian tetap berusaha memisahkan diri dari Yugoslavia dan membentuk negara baru yang merdeka dan berdaulat.
KRONOLOGI SINGKAT
Konflik diawali sejak merdekanya Kroasia dan Slovenia pada tanggal 25 Juni 1991. European Community (EC) sudah mencoba untuk mempertahankan Yugoslavia namun tidak berhasil. 1992 EC mengakui kemerdekaan Kroasia dan Slovenia. Setelah keduanya merdeka, Serbia memegang kekuasaan di Yugoslavia.
Macedonia dan Bosnia-Herzegovina, yang tidak mau berada di bawah kendali Serbia, kemudian memerdekakan diri serta meminta pengakuan dari EC. Namun, April 1992 di Bosnia terjadi perang saudara.
Macedonia dan Bosnia-Herzegovina, yang tidak mau berada di bawah kendali Serbia, kemudian memerdekakan diri serta meminta pengakuan dari EC. Namun, April 1992 di Bosnia terjadi perang saudara.
April 1992 adanya UUD yang menetapkan pembentukan Yugoslavia baru (Republik Federal Yugoslavia) anggotanya terdiri dari Republik Serbia dan Republik Montenegro sebagai pengganti Yugoslavia yang mengakui kemerdekaan empat negara bagian lainnya. Komunitas internasional mengakui kemerdekaan Negara-negara bagian Yugoslavia kecuali Macedonia, serta menolak adanya Republik Federasi Yugoslavia.
Dunia internasional berusaha membantu konflik Yugoslavia. Namun, kesulitan karena konflik yang terjadi adalah konflik etnik.
BERAKHIRNYA KONFLIK
Pihak-pihak yang terkait dalam Perang Bosnia akhirnya setuju untuk berdamai pada 21 November 1995. Perundingan persetujuan perdamaian berlangsung di Dayton, Ohio, Amerika Serikat, dan pada
akhirnya disepakati oleh pemimpin ketiga negara, yakni Bosnia, Serbia, dan Kroasia. Penandatanganan perdamaian secara resmi dilakukan di Paris, Perancis tanggal 14 Desember 1995. Isi perjanjian ialah:
Pihak-pihak yang terkait dalam Perang Bosnia akhirnya setuju untuk berdamai pada 21 November 1995. Perundingan persetujuan perdamaian berlangsung di Dayton, Ohio, Amerika Serikat, dan pada
akhirnya disepakati oleh pemimpin ketiga negara, yakni Bosnia, Serbia, dan Kroasia. Penandatanganan perdamaian secara resmi dilakukan di Paris, Perancis tanggal 14 Desember 1995. Isi perjanjian ialah:
1. Bosnia sebagai negara tunggal terdiri dari dua republik, yaitu Federasi Muslim-Kroasia dan Serbia-Bosnia.
2. Sarajevo menjadi bagian dari Federasi Muslim-Kroasia, sehingga tentara Serbia harus meninggalkan Sarajevo.
3. Pemerintahan pusat Bosnia harus efektif dengan Presiden terpilih dan parlemen.
4. Pemulangan pengungsi ke tempat tinggalnya.
5. Kebebasan di seluruh negara.
6. Larangan terhadap penjahat perang untuk menduduki pemerintahan.
Apartheid di Afrika Selatan
A. Latar Belakang Munculnya Politik Apartheid di Afrika Selatan
Apharteid berasal dari bahasa Belanda yang artinya pemisahan. Pemisahan disini berarti pemisahan orang-orang Belanda (kulit putih) dengan penduduk asli Afrika (kulit hitam). Apharteid kemudian berkembang menjadi suatu kebijakan politik dan menjadi politik resmi Pemerintahan Afrika Selatan yang terdiri dari program-program dan pertaruran-peraturan yang bertujuan untnk melestarikan pemisahan rasial.
Secara struktual, Apartheid berarti adalah kebijaksanaan mempertahankan dominasi minoritas kulit putih atas mayoritas bukan kulit putih melalui pengaturan masyarakat di bidang sosial budaya, politik militer dan ekonomi Kebijakan ini berlaku tahun 1948.
Pada saat itu Afrika Selatan dibagi menjadi 4 gol ras utama yaitu:
a. Kulit putih
b. Kulit hitam
c. Kulit berwarna
d. Asia
Masalah Apartheid berawal dari pendudukan yg dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa di Afrika. Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Afrika Selatan adalah bangsa Belanda. Bangsa Belanda datang ke Afrika Selatan dipimpin oleh Jan Anthony van Riebeeck. Kedatangan Bangsa Belanda ini menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat Afrika selatan.Masyarakat Afrika selatan menjadi dibawah pendudukan bangsa Eropa (B.Belanda atau kulit putih), sehingga msalah kulit ini yg menjadi titik pangkal munculnya masalah Apartheid.
Bangsa Belanda langsung menetap di Afrika Selatan. Mereka sering disebut dengan bangsa Boer. Kedatangan bangsa Belanda diikuti oleh bangsa Inggris yang berhasil melakukan penguasaan dari Afrika-Utara(Mesir),Afrika-Selatan (Cape Town). Kedatangan Inggris menyebabkan “perang Boer” antara Inggris dan Belanda. Inggris berhasil mengalahkan Belanda sehingga wilayah Afrika-selatan menjadi daerah kekuasaan Inggris. Akhirnya,Inggris menjadi penguasa Afrika selatan.Dengan kemenangan Inggris maka banyak orang Inggris yang datang ke Afrika selatan. Pada tahun 1910 dibentuk Uni Afrika Selatan yg merupakan gabungan dari kedua Republik kaum Boer, yaitu Transvaal dan Orange Kree Style dengan Cape Colony dan Natal. Uni Afrika Selatan adalah dominion Inggris.
B. Perkembangan politik Apartheid di Afrika Selatan
Pada 1948, Partai Nasional terpilih untuk menguasai Afrika Selatan. Hal ini memperkuat implementasi pemisahan rasial di bawah kekuasaan kolonial Inggris dan Belanda, dan pemerintahan Afrika Selatan selanjutnya sejak terbentuknya perserikatan (Union). Pemerintahan Nasionalis mengatur jalannya undang-undang pemisahan, menggolongkan orang-orang ke dalam tiga ras, mengembangkan hak-hak dan batasan-batasan untuk masing-masing golongan, seperti hukum pass dan batasan pemukiman. Minoritas kulit putih menguasai mayoritas kulit hitam yang jauh lebih besar. Sistem pemisahan ini kemudian dikenal secara kolektif sebagai apartheid.
Pemencilan ini dimaksudkan kulit putih untuk mengontrol kekayaan yang mempercepat industrialisasi dari 1950an, '60an, dan ' 70an. Selama minoritas Kulit Putih menikmati standar paling tinggi di seluruh Afrika, seringkali dibandingkan dengan negara-negara barat Dunia Pertama, mayoritas Kulit Hitam tetap dirugikan dalam setiap tingkat, meliputi pendapatan, pendidikan, rumah, dan tingkat harapan hidup. Pada 31 Mei 1961, mengikuti referendum orang-orang kulit putih, negara ini menjadi sebuah republik dan meninggalkan Persemakmuran (Britania). Ratu Elizabeth II tidak lagi menjadi kepala negara dan Gubernur Jendral terakhir menjadi Presiden Negara.
Apartheid menjadi semakin kontroversial, mendorong ke arah meluasnya sanksi internasional, divestasi dan kerusuhan serta penindasan dalam Afrika Selatan. Suatu periode panjang penindasan oleh pemerintah, dan kadang-kadang dengan kekerasan, pemogokan, demonstrasi, protes, dan sabotase dengan menggunakan bom atau cara lain, oleh berbagai gerakan anti-apartheid yang diikuti terutama oleh Kongres Nasional Afrika (ANC).
Orangorang kulit hitam yang semula tidak mengerti bahwa kebijakan pemerintahannya, lambat laun mengerti bahwa tujuan sebenarnya adalah diskriminasi rasial (perbedaan warna kulit). Oleh karena itu mereka bangkit mengadakan perlawanan, tetapi pemerintaha Pieter Botha dengan kejam menumpas setiap perlawanan yang terjadi. Banyak tokoh-tokoh kulit hitam yang dijebloskan dalam penjara, seperti tokoh kharismatik Nelson Mandela yang terpaksa mendekam dalam penjara selama 27 tahun.
Politik Apartheid dirancang oleh Hendrik Verwoed. Apartheid menurut bahasa resmi Afrika Selatan adalah Aparte Ontwikkeling artinya perkembangan yang terpisah.
Memperhatikan makna dari arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama berkembang. Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna kulit dan terjadinya penistaan dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit hitam.Verwoed menyusun rencana pembentukan homeland, yang disebut juga Batustan. Homeland dilaksanakan dengan diadakannya pembagian kembali Afrika Selatan berdasarkan wilayah kesukuan.
Tiap orang kulit hitam Afrika Selatan diharuskan menjadi warga negara salah satu homeland atas dasar tempat lahirnya. Untuk memantapkan proyek homeland dikeluarkan bantuan biaya untuk perangsang termasuk perangsang untuk pemasukan modal dari luar untuk homeland. Kemajuan-kemajuan kecil tampak dari proyek itu.
D. Berakhirnya Politik Apartheid di Afrika Selatan
Pemisahan suku di Afrika selatan mendapat tanggapan dari dunia lnternasional. Di Afrka selatan sering terjadi pemberontakan-pemberontakan untuk menghapus pemerintahan Apartheid. Gerakan yg terkenal dilakukan oleh rakyat kulit hitam di Afrika selatan dipelopori oleh African National Congrees (ANC) dibawah pimpinan Nelson Mandela. Pada pemerintahan Frederick Willem de Klerk,Nelson memimpin aksi rakyat Afrika selatan untuk tinggal di rumah,aksi tersebut mendapat tanggapan oleh pemerintah dengan menjebloskan Nelson ke penjara,tetapi kemudian ia dibebaskan. Pembebasan ini membawa dampak positif terhadap perjuangan rakyat Afrika selatan. Maka untuk pertama kalinya pada tanggal 2 Mei 1990 pemerintahan Afrika selatan mengadakan perundingan dengan ANC untuk membuat UU non Rasial. Pada tanggal 3 Juni 1990 de Klerk menghapus UU Darurat Negara yang berlaku hampir di setiap bagian Afrika selatan.
Perjuangan Nelson Mandela memakan waktu yang cukup lama. Nelson Mandela terus berjuang untuk mencapai kebebasan negrinya baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Upaya-upaya yang ditempuh Nelson Mandela mulai menampakan hasil yang menggembirakan ketika F.W.de Klerk memberikan angin segar kebebasan bagi warga kulit hitam.
Pada tanggal 21 Februari 1991, Presiden de Klerk mengumumkan penghapusan semua ketentuan dan ekstitensi sistem politik Apartheid di hadapan parlemen Afrika selatan
Pengumuman itu diikuti penghapusan 3 UU yg memperkuat kekuasaan Apartheid,yaitu:
1. Land Act: UU yang melarang org kulit hitam mpyi tanah di luar wilayah tmpat tinggal yang ditentukan. .
2. Group Areas Act : UU yg mengatur pemisahan tempat tinggal Orang-orang kulit putih dengan kulit hitam.
3. Population Registration Act : UU yang mewajibkan orang kulit hitam untuk mendaftarkan diri menurut kelompok suku masing- masing
Pengahpusan UU tersebut diikuti dengan janji pemerintahan de Klerk untuk menyelenggarakan pemilu tanpa pembatsan rasial. Pada pemilu Multirasial tahun 1994, partai yang dipimpin oleh Nelson Mandela yaitu ANC, berhasil menjadi pemenang. Pada tanggal 9 Mei 1994 Nelson Mandela dipilih oleh Majelis Nasional sebagai Presiden Afrika selatan, yaitu Pres pertama orang kulit hitam. Pada tanggal 10 Mei 1994 Nelson Mandela dilantik sebagai presiden dalam upacara megah di Union Building, Pretonia. Peristiwa ini merupakan perjuangan rakyat Afrika selatan. Sejak terhapusnya Apartheid, Afrika selatan mulai membangun negerinya agar sederajat dengan negara lain di dunia.
Perang Teluk
Perang Teluk adalah konflik kepentingan di Teluk Persia terjadi pada dunia mutakhir ini. Kepentingan yang sangat jelas adalah kepentingan terhadap minyak. Teluk yang dimaksud disini adalah Teluk Persia. Perang Teluk berlangsung sebanyak 3 kali, yakni Perang Teluk I (1980-1988), Perang Teluk II (1990) dan Perang Teluk III (2003). Kesemua perang melibatkan Irak, yang merupakan negara yang berada di sekitar Teluk Persia dengan negara-negara yang dibantu oleh negara Super Power saat itu, Amerika Serikat. Amerika Serikat selalu ikut campur dengan dalih melindungi warga negaranya. Penyebab dari perang berbeda-beda akan tetapi secara garis besar berkaitan dengan ekonomi.
Perang Teluk 1
Perang Teluk I merupakan perang antara sesama negara Teluk Persia, yakni dua negara yang saling berdekatan antara Irak dengan Iran. Latar belakang dari perang Teluk I yaitu:
Adanya Revolusi Islam Iran (1979) yaitu peristiwa jatuhnya rezim Syah Reza Pahlevi oleh kaum Syiah yang dipimpin oleh Ayatullah Khoemeni. Ayatullah Khoemeni menyerukan untuk menyebarkan ajaran Syiah ke berbagai negara. Hal ini membuat Irak, yang sebagian penduduknya menganut Syiah, merasa terancam. Oleh karena itu pada Perang Teluk I, Irak mendapatkan dukungan dari berbagai negara Islam yang menentang Syiah.
Antara bangsa Arab dan bangsa Persia selalu ada persaingan dan ketegangan. Yang satu tidak dapat menerima keunggulan atau dominasi yang lain. Ego yang terlalu besar ini disebabkan oleh keinginan kedua negara menjadi pemimpin dunia Arab.
Masalah minoritas Etnis. Pada jaman Shah Iran mendukung perjuangan otonomi suku kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung minoritas Arab di Iran yang memperjuangkan kebebasan yang lebih besar atau bahkan pemisahan.
Adanya keinginan antara Irak dan Iran untuk menguasai Shatt Al Arab, yaitu jalur perairan strategis yang memisahkan Iran dengan Iran menuju Teluk Persia. Baik Irak maupun Iran mengekspor minyaknya melalui jalur tersebut.
Perang Teluk II
Pada awalnya Perang Teluk II (1990) merupakan invasi dari Irak ke negara tetangganya, Kuwait. Namun pada akhirnya perang meluas dengan keterlibatan Amerika Serikat dengan Sukutunya untuk membantu Kuwait. Sebab terjadinya perang Teluk II antara lain:
Secara historis, Kuwait adalah wilayah Irak (dulu Mesopotamia) sehingga sampai 1990 Irak secara konstitusional tidak mengakui Negara Kuwait. Ketika Kuwait memproklamasikan diri tahun 1961, Irak tidak mengikutinya. Dengan demikian, posisi Kuwait tetap menjadi wilayah kekuasaan Irak.
Ekonomi Irak pasca Perang Teluk I sangat parah, banyak hutang luar negeri yang ditanggungnya dan ditambah banyak ladang-ladang minyak Irak yang rusak akibat perang. Untuk mengatasi masalah ekonomi, Saddam Hussein meminta bantuan kepada Arab Saudi dan Kuwait serta kepada Kuwait diharapkan hutang dibebaskan.
Di samping itu, factor ekonomi yang menyebabkan invansi Irak ke Kuwait adalah adanya tuduhan Irak bahwa Kuwait telah mencuri minyak Irak (di daerah Rumaillah, yamg dipersengketakan Irak-Kuwait). Selain itu, Kuwait bersama Uni Emirat Arab telah memukul dari belakang dengan membanjiri minyak dunia yang mengakibatkan kerugian di pihak Baghdad. Akibat pelanggaran kuota OPEC yang dilakukan Kuwait dan UEA, harga minyak pada tahun 1990 sempat anjlok. Hal ini sangat memukul Irak sebagai Negara yang sangat mengandalkan minyak sebagai komoditi utama.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya pencaplokan Irak atas Kuwait ialah ambisi Saddam Hussein untuk menjadi pimpinan Arab. Saddam Hussei tidak pernah menyembunyikan ambisinya menjadi orang “terkuat, terbesar, dan terhebat” di Timur Tengah.
Perang Teluk III
Perang Teluk III (2003) merupakan bentuk arogansi Amerika Serikat. Pada tahun tersebut, Amerika Serikat dengan negara sekutunya melakukan serangan terhadap Irak. Penyebab terjadi Perang Teluk III antara lain:
Adanya dugaan Amerika Serikat, bahwa Irang memiliki senjata pemusnah massal yang sangat membahayakan dunia. Pasca perang tidak pernah ditemukan senjata tersebut.
Keinginan Amerika Serikat untuk membantu rakyat Irak melepaskan diri dari rezim otoriter Saddam Husein. Amerika Serikat berkeinginan untuk menyebarkan faham demokrasi di negara Timur Tengah yang mereka anggap sebagai negara-negara yang otoriter.
Melindungi Sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah, yakni Israel. Irak yang notabene beragama Islam sering memberikan ancaman kepada Israel yang berbuat sewenang wenang terhadap Palestina.
Perang Teluk III merupakan kampanye dari George Bush guna mendapatkan simpati dari penduduk Amerika Serikat.
Itu semua merupakan penyebab terjadinya Perang Teluk. Meski kini Saddam husein sudah tidak lagi, tidak menutup kemungkinan akan kembali terjadi perang-perang selanjutnya di Teluk Persia. Hal ini dikarenakan daya tarik yang sangat luar biasa dari negara Timur Tengah, yakni Minyak.
Read more...
Perang Teluk 1
Perang Teluk I merupakan perang antara sesama negara Teluk Persia, yakni dua negara yang saling berdekatan antara Irak dengan Iran. Latar belakang dari perang Teluk I yaitu:
Adanya Revolusi Islam Iran (1979) yaitu peristiwa jatuhnya rezim Syah Reza Pahlevi oleh kaum Syiah yang dipimpin oleh Ayatullah Khoemeni. Ayatullah Khoemeni menyerukan untuk menyebarkan ajaran Syiah ke berbagai negara. Hal ini membuat Irak, yang sebagian penduduknya menganut Syiah, merasa terancam. Oleh karena itu pada Perang Teluk I, Irak mendapatkan dukungan dari berbagai negara Islam yang menentang Syiah.
Antara bangsa Arab dan bangsa Persia selalu ada persaingan dan ketegangan. Yang satu tidak dapat menerima keunggulan atau dominasi yang lain. Ego yang terlalu besar ini disebabkan oleh keinginan kedua negara menjadi pemimpin dunia Arab.
Masalah minoritas Etnis. Pada jaman Shah Iran mendukung perjuangan otonomi suku kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung minoritas Arab di Iran yang memperjuangkan kebebasan yang lebih besar atau bahkan pemisahan.
Adanya keinginan antara Irak dan Iran untuk menguasai Shatt Al Arab, yaitu jalur perairan strategis yang memisahkan Iran dengan Iran menuju Teluk Persia. Baik Irak maupun Iran mengekspor minyaknya melalui jalur tersebut.
Perang Teluk II
Pada awalnya Perang Teluk II (1990) merupakan invasi dari Irak ke negara tetangganya, Kuwait. Namun pada akhirnya perang meluas dengan keterlibatan Amerika Serikat dengan Sukutunya untuk membantu Kuwait. Sebab terjadinya perang Teluk II antara lain:
Secara historis, Kuwait adalah wilayah Irak (dulu Mesopotamia) sehingga sampai 1990 Irak secara konstitusional tidak mengakui Negara Kuwait. Ketika Kuwait memproklamasikan diri tahun 1961, Irak tidak mengikutinya. Dengan demikian, posisi Kuwait tetap menjadi wilayah kekuasaan Irak.
Ekonomi Irak pasca Perang Teluk I sangat parah, banyak hutang luar negeri yang ditanggungnya dan ditambah banyak ladang-ladang minyak Irak yang rusak akibat perang. Untuk mengatasi masalah ekonomi, Saddam Hussein meminta bantuan kepada Arab Saudi dan Kuwait serta kepada Kuwait diharapkan hutang dibebaskan.
Di samping itu, factor ekonomi yang menyebabkan invansi Irak ke Kuwait adalah adanya tuduhan Irak bahwa Kuwait telah mencuri minyak Irak (di daerah Rumaillah, yamg dipersengketakan Irak-Kuwait). Selain itu, Kuwait bersama Uni Emirat Arab telah memukul dari belakang dengan membanjiri minyak dunia yang mengakibatkan kerugian di pihak Baghdad. Akibat pelanggaran kuota OPEC yang dilakukan Kuwait dan UEA, harga minyak pada tahun 1990 sempat anjlok. Hal ini sangat memukul Irak sebagai Negara yang sangat mengandalkan minyak sebagai komoditi utama.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya pencaplokan Irak atas Kuwait ialah ambisi Saddam Hussein untuk menjadi pimpinan Arab. Saddam Hussei tidak pernah menyembunyikan ambisinya menjadi orang “terkuat, terbesar, dan terhebat” di Timur Tengah.
Perang Teluk III
Perang Teluk III (2003) merupakan bentuk arogansi Amerika Serikat. Pada tahun tersebut, Amerika Serikat dengan negara sekutunya melakukan serangan terhadap Irak. Penyebab terjadi Perang Teluk III antara lain:
Adanya dugaan Amerika Serikat, bahwa Irang memiliki senjata pemusnah massal yang sangat membahayakan dunia. Pasca perang tidak pernah ditemukan senjata tersebut.
Keinginan Amerika Serikat untuk membantu rakyat Irak melepaskan diri dari rezim otoriter Saddam Husein. Amerika Serikat berkeinginan untuk menyebarkan faham demokrasi di negara Timur Tengah yang mereka anggap sebagai negara-negara yang otoriter.
Melindungi Sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah, yakni Israel. Irak yang notabene beragama Islam sering memberikan ancaman kepada Israel yang berbuat sewenang wenang terhadap Palestina.
Perang Teluk III merupakan kampanye dari George Bush guna mendapatkan simpati dari penduduk Amerika Serikat.
Itu semua merupakan penyebab terjadinya Perang Teluk. Meski kini Saddam husein sudah tidak lagi, tidak menutup kemungkinan akan kembali terjadi perang-perang selanjutnya di Teluk Persia. Hal ini dikarenakan daya tarik yang sangat luar biasa dari negara Timur Tengah, yakni Minyak.
Konflik Kamboja
Kamboja merupakan salah satu negara di kawasan Indo Cina yang dulu merupakan bekas jajahan Perancis. Pada masa Perang Dunia II, Kamboja dikuasai oleh Jepang. Pasca PD II, Kamboja kembali menjadi milik Perancis dan baru pada tanggal 9 November 1954, Kamboja berhasil memerdekakan diri. Raja Norodom Sihanouk menjadi kepala negara sekaligus kepala pemerintahan di Kamboja. Di bawah kepemimpinan Norodom Sihanouk, Kamboja menjalin hubungan yang lebih intens dengan negara-negara komunis, seperti dengan RRC dan Vietnam Utara. Hal ini yang membuat Amerika Serikat khawatir akan terjadinya politik domino.
Tahun 1970 Sihanouk dijatuhkan Jendral Lon Nol yang didukung Amerika Serikat. Norodom Sihanouk melarikan diri ke Cina dan mendirikan pemerintahan pengasingan di Bejing yang dikenal dengan nama Royal Government National Union of Cambodia. Ketika Lon Nol berkuasa 20 tahun silam, lewat penggulingan Sihanouk, mereka dijanjikan akan bisa hidup lebih tenteram dan sejahtera. Dunia Barat, terutama AS, juga lega karena Sihanouk dianggap condong ke Beijing dan Vietnam Utara berhasil disingkirkan. Yang terjadi, Lon Nol ternyata memerintah dengan tangan besi.
Partai Komunis Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot mengambil alih kekuasaan. Lon Nol melarikan diri ke AS.Tahun 1975. Pol Pot mendapatkan dukungan dari Vietnam Utara (Vietkong). Akan tetapi saat berkuasa, Pol Pot melakukan perimbangan kerjasama dengan Cina. Saat Khmer Merah mendapatkan kekuasaan, mereka mengevakuasi rakyat dari perkotaan ke pedesaan di mana mereka dipaksa hidup dalam ladang-ladang yang ditinggali bersama. Rezim Pol Pot sangat kritis terhadap oposisi maupun kritik politik; ribuan politikus dan pejabat dibunuh, dan Phnom Penh pun ikut berubah menjadi kota hantu yang penduduknya banyak yang meninggal akibat kelaparan, penyakit atau eksekusi. Ranjau-ranjau darat (oleh Pol Pot mereka disebut sebagai “tentara yang sempurna”) disebarkan secara luas ke seluruh wilayah pedesaan.
Pada akhir 1978, Vietnam menginvasi Kamboja. Pasukan Kamboja dikalahkan dengan mudah, dan Pol Pot lari ke perbatasan Thailand. Pada Januari 1979, Vietnam membentuk pemerintah boneka di bawah Heng Samrin, yang terdiri dari anggota Khmer Merah yang sebelumnya melarikan diri ke Vietnam untuk menghindari penmbasmian yang terjadi sebelumnya pada 1954. Banyak anggota Khmer Merah di Kamboja sebelah timur yang pindah ke pihak Vietnam karena takut dituduh berkolaborasi. Pol Pot berhasil mempertahankan jumlah pengikut yang cukup untuk tetap bertempur di wilayah-wilayah yang kecil di sebelah barat Kamboja. Pada saat itu, Tiongkok, yang sebelumnya mendukung Pol Pot, menyerang, dan menyebabkan Perang Tiongkok-Vietnam yang tidak berlangsung lama.
Munculnya Heng Samrin dan adanya intervensi dari Vietnam ke Kamboja, ternyata menimbulkan masalah Kamboja semakin berkepanjangan. Banyak negara yang terlibat dalam konflik Kamboja membuat konflik ini semakin rumit dan berlarut-larut. Upaya perdamaianpun dilakukan atas prakarsa dari ASEAN dan Pemerintah Perancis. Indonesia memprakarsai dengan diselenggarakannya Jakarta Informal Meeting (JIM) dengan jalan mempertemukan pihak-pihak yang bertikai. JIM diselenggarakan sebaganyak dua kali, akan tetapi belum ada titik temu penyelesaian konflik Kamboja. Akan tetapi JIM I dan II dapat merumuskan:
- Penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja
- Muncul upaya untuk mencegah masuknya rezim Pol Pot
Perancis kemudian menyelenggarakan konferensi tingkat internasional di Paris yakni dengan mengundang menteri luar negeri ASEAN, Vietnam, Laos, Amerika Serikat, Uni Soviet, Cina, dan keempat fraksi yang bertikai. Keempat fraksi yang dimaksud yakni Kelompok Heng Samrin yang didukung Vietnam, Kelompok Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot, Kelompok non komunis yanag dipimpin Son Sann, dan kelompok netralis Maolinaka yang dipimpin oleh Norodom Sihanouk. Perjanjian Paris berhasil ditandatangani pada tanggal 23 Oktober 1991. Isi Perjanjian Paris yakni:
- Dibaentuknya United Nation Transitional Authority in Cambodia (UNTAC)
- Dibentukanya Supreme National Council (SNC) yang merupakan badan tertinggi di Kamboja
- Penarikan seluruh kekuatan asing dari Kamboja
- Akan diselenggarakan pemilu dibawah pengawasan PBB
- Pengawasan pelaksanaan HAM
- Pemulangan pengungsi Kamboja
Sejak saat itu pemerintahan di Kamboja dipegang oleh pemerintahan transisi dari PBB yang disebut UNTAC. Pada tanggal 23-25 Mei 1993 dilangsungkan pemilu di Kamboja. Hasil pemilu sebagai presiden Kamboja adalah Norodom Sihanouk, Perdana menteri I yaitu Norodom Ranaridh, dan Perdana Menteri II adalah Hun Sen.
Jerman Bersatu
Jerman adalah salah satu negara yang paling maju dan kuat di Eropa pada abad ke-19 dibawah kepemimpinan Bismarck. Jerman dibangun menjadi negara industry yang besar di kawasan Eropa Timur dan sekaligus dijadikan negara militer yang mendorong timbulnya Perang Dunia I. Dalam perang ini, Jerman diserbu oleh tentara sekutu. Akibatnya, Jerman menjadi hancur. Dalam kondisi yang buruk akibat perang, muncul salah seorang tokoh, yaitu Adolf Hitler yang ingin membangun kembali negaranya. Dengan paham Nazinya, Hitler mengajarkan paham Ultranasionalis kepada rakyatnya. Ia mengatakan bahwa Jerman adalah bangsa yang agung dan ditakdirkan untuk memimpin dunia. Dibawah Hitler hampir seluruh daratan Eropa dapat dikuasainya, kecuali Inggris. Melihat hal ini, Amerika Serikat segera membantu sekutu-sekutunya mengempur Jerman. Dalam Perang Dunia II, Jerman harus mengakui keunggulan tentara Sekutu yang berada dibawah komando Amerika Serikat.
Akibat dari kekalahan Jerman dalam PD II, maka konsekuensinya adalah Jerman diduduki oleh tentara Sekutu yang terdiri atas Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet. Pada tahun 1948, terjadi perselisihan antara Uni Soviet dengan tiga negara Sekutu tentang masa depan Jerman. Perselisihan ini mengakibatkan Jeman dibagi dua, yaitu Jerman Barat dan Jeman Timur. Jerman Barat dengan ibukota di Bonn berdiri pada tanggal 23 Mei 1949. Jerman Timur dengan Ibukota Berlin, berdiri pada tanggal 7 Oktober 1949. Jerman Barat berdiri dibawah pengaruh AS, Inggris dan Prancis. Negara ini mengembangkan kehidupan demokrasi dalam menata bidang politik dan ekonominya. Sedangkan, Jerman Timur di bawah pengaruh Uni Soviet dengan ideology Komunis. Dibawah kekuasaan Partai Komunis, penduduk Jerman Timur tidak dapat menikmati kehidupan yang bebas. Mereka di bawah tekanan Partai Komunis yang berkuasa di bidsang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Oelh karena itu, banyak penduduk Jerman Timur yang berusaha lari ke Jerman Barat untuk mencari kebebasan dan kehidupan yang lebih baik.
Melihat kondisi yang demikian ini, Walter Ulbrich ketua Partai Persatuan Sosialis (Komunis) yang tampil sebagai dictator jerman Timur berusaha menghentikan pelarian ke Jerman Barat dengan membangun tembok Berlin yang tingginya 4 meter sepanjang perbatasan kedua Jerman. Meskipun telah dibangun sebuah tembok (Berlin), namun masih banyak warga Jerman Timur mencoba menyebrang untuk memperoleh kehidupan yang lebih merdeka. Para pelarian itu tidak sedikit yang tewas dalam usaha penyebrangaan. Sebab-sebab kematiannya karena sengatan aliran listrik ataupun tembakan petugas.
Mengapa rakyat Jerman Timur banyak melarikan diri ke Jerman Barat walaupun di antara mereka banyak yang mebjadi korban? Hal itu menunjukan bahwa mereka hidup menderita. Mereka juga menginginkan Jerman bersatu kembali.
Bersatunya Jerman tidak bisa dilepaskan dari pembaruan yang dilakukan Presiden Mikhail Gorbachev. Pembaruan Milkhail Gorbachev menyebabkan Uni Soviet menjadi hancur yang berarti hancurnya pula kekuatan komunis di Uni Soviet. Kebijaksanaan (konsep) Gorbachev tersebut, mempunyai pengaruh yang besar terhadap negara-negara komunis yang memang sudah lam merindukan adanya keterbukaan dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satunya adalah rakyat Jerman Timur yang menghendaki bersatunya Jerman kembali. Usaha itu dimulai pada tanggal 1 juli 1990 dengan digunakannya mata uang Jerman Barat secara resmi menjadi alat pembayaran yang sah di Jerman Timur. Parlemen Jerman Timur dalam sidangnya dalam bulan Agustus 1990 menyetujui penggabungan Jerman, maka Presiden Gorbachev menyetujuinya.
Mundurnya Erich Honecker pada tanggal 8 Oktober 1989 dan digantikan oleh tokoh yang moderat yaitu Egon Krenz, lebih memberikan angin segar bagi Jerman untuk bersatu kembali. Egon Krenz memerintah dibukanya Tembak Berlin sebagai lambing pemisah kedua Jerman. Akhirnya, peristiwa yang sangat besejarah pun terjadi bagi rakyat Jerman. Pada tanggal 3 Oktober 1990, Jerman Barat dan Jerman Timur secara resmi bersatu dan diperingati sebagai Hari Penyatuan Jerman. Penyatuan Jerman tertuang dalam Perjanjian Dua Plus Empat, yaitu dua untuk RFJ (Republik Federal Jerman) dan RDJ (Republik Demokrasi Jerman), sedangkan empat untuk AS, Inggris, Prancis dan Rusia. Tanggal tersebut dipilih sebagai saat reunifikasi karena bertepatan dengan pecahnya Jerman 40 tahun yang lalu.
Masalah yang timbul setelah Jerman bersatu adalah kesenjangan ekonomi antara kedua Jerman. Perekonomian Jerman Barat sudah sangat maju dengan hasil Industrinya, sementara perekonomian Jerman Timur sangat lamban, inflasi tinggi, dan banyaknya pengangguran. Selain itu, timbul kekhawatiran negara lain akan bangkitnya kekuatan Jerman seperti pada masa lalu. Untuk itu, perlu dilakukan pembatasan dalam hal senjata nuklir, biologi dan kimia. Selain itu, disepakati Jerman harus masuk NATO agar mudah diawasi.
Subscribe to:
Posts (Atom)