Pages

Banner 468 x 60px

Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA Kabupaten Timor Tengah Selatan
 

Sunday, July 30, 2017

Friday, July 28, 2017

Konsep Pembelajaran Kontekstual dalam Mapel Sejarah

1 komentar
Oleh :
Nitanel Imanuel Nokas,S.Pd
Guru Honorer SMA Negeri 1 SoE

Dalam kurikulum pendidikan nasional, sejarah dimasukan ke dalam salah satu kategori atau kelompok ilmu yang sangat penting dalam membentuk karakter generasi bangsa. Akan tetapi sejarah selalu dipandang dilematis dalam pelaksanaan pembelajarannya, hal ini dipengaruhi oleh kejenuhan dalam muatan materi yang terlalu mengutamakan esensi sejarah yaitu masa lalu atau yang telah berlalu.
Seperti yang kita ketahui secara umum sejarah lebih banyak mengkaji tentang suatu peristiwa yang telah berlalu, termasuk juga berita factual mengenai kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Disini sejarah memang terdengar menjemukan dan akan muncul berbagai macam pertayaan yang berbentuk pernyataan sebagai suatu bentuk penolakan semisalnya “untuk apa di pelajari? Apalagi dijadikan suatu bagian dari ilmu pengetahuan!! Toh peristiwanya sudah berlalu!#”
Nah disini kita bisa ketahui bahwa yang disangsikan dari ilmu sejarah adalah tentang barang-barang peninggalan kuno yang berupa fosil, artefak, perhiasan, bangunan, kebudayaan, alat rumah tangga, alat berburu, senjata ataupun orang-orang yang telah mati. Kita juga mendapatkan bahwa dengan mempelajari masa lalu itu hanyalah cara untuk menghindari masalah sekarang yang hidup. Jadi bisa saja muncul suatu kesimpulan bahwa mempelajari sejarah adalah hal yang sia-sia.
Pandangan seperti ini berarti melupakan kenyataan bahwa masa bentuk masih tampak disekitar kita. Bermacam-macam persoalan dewasa ini tidak mungkin dapat dimengerti sepenuhnya apabila tidak mengetahui latar belakang sejarahnya.
Pengajaran sejarah merupakan hal yang vital dalam paradigma kebangsaan. Sejarah bukan hanya membincangkan tentang masa lalu an sich, tapi juga sesuatu yang menciptakan masa kini dan masa depan. Internalisasi masa silam dalam paradigma pendidikan nasional sudah tentu merupakan inisiasi strategis untuk mencetak pribadi intelek yang memahami kekinian dengan perspektif kelampauan. Pekerjaan ini sangat penting dalam rangka menggugah kesadaran nasionalisme dan kecintaan akan Tanah Air kepada generasi muda.
Dalam memasuki era globalisasi, peran strategi pendidikan sejarah adalah memperkuat kemampuan sumber daya manusia. Persoalannya adalah bagaimana pengembangan pendidikan Sejarah untuk menjadi pendidikan intelektual dan pendidikan nilai social yang handal dan dirasakan mamfaatnya oleh peserta didik sendiri dan masyarakat dan juga bangsa dan Negara pada umumnya. Pada tantangan ini bagaimana arah pembangunan epistemologi dan strategi peningkatan mutu pendidikan sejarah agar dapat menanamkan kekuatan intelektual dan emosional pada peserta didik untuk memberdayakan potensi dirinya.
Dalam pengertian yang sempit kata “sejarah” dipakai untuk menunjukan karakteristik perbuatan manusia. Manusia sebagai enssociale artinya sebagai makluk social dan suatu kebahagiaan berganda masyarakat. Dengan demikian subjektum-subjektum sejarah adalah manusia dan objektum-objektum sejarah adalah perbuatan, pekerjaan, atau hasil usaha manusia. Jadi pengajaran sejarah bukan saja bertumpu pada peninggalan yang bersifat kebendaan atau orang yang telah meninggal akan tetapi dari perbuatan-perbuatan tersebut kita dapat bercermin dan menilai perbuatan-perbuatan mana yang merupakan kegagalan dan mana yang merupakan keberhasilan. Sehingga kalau kita simpulkan secara edukatif, sejarah mendidik manusia agar tidak terjebak pada pusaran kesalahan yang sama.
Pola pemikiran yang demikian menempatkan sejarah sebagai pendidikan moral yang dapat diibaratkan sebagai cermin yang dapat memantulkan bayangan dari suatu perilaku. Perilaku sebagai sebab dan bayangannya sebagai akibat.
Sejarah merupakan dialog yang tak kunjung usai. Ya! dan Akan selalu ada topik baru yang ditampilkan dari masa silam. Kiranya sudah bukan zamannya, apabila pengajaran sejarah di sekolah masih mengajak peserta didiknya “bertamasya ke masa silam” dengan mengabaikan korelasinya dengan masa sekarang. Seiring laju dunia keilmuan yang kian berkembang, pengajaran sejarah pun seyogyanya dapat menyematkan sudut pandang baru agar sejarah tidak lagi menjadi mata pelajaran yang menjemukan. Memang, ketika mengajarkan sejarah ke peserta didik, narasi masa lalu menjadi penjelasan utamanya. Seiring berjalannya waktu, kebosanan peserta didik sedikit terjembatani dengan adanya multimedia. Ilustrasi bergambar agaknya cukup menarik diperhatikan. Namun begitu, dari segi konten, materi sejarah agaknya belum banyak berubah. Masih didominasi oleh cara pandang masa lalu. Seakan, sejarah adalah sesuatu yang sudah lewat, hanya bisa dikenang.
Kenyataan tersebut sebenarnya bertolak belakang dengan esensi pengajaran sejarah sebenarnya. Adagium “sejarah adalah cerminan masa depan” agaknya perlu ditinjau ulang. Jangan lagi pola pengajarannya membawa peserta didik ke masa lalu, tapi mulai ditekankan pada nilai guna sejarah. Salah satu yang relevan adalah menghadirkan pola pengajaran “ke belakang” dan “ke depan” atau mengajarkan sejarah sebagai penopang realitas kekinian. Tentu akan banyak aspek baru yang didapatkan dari formula ini.
Salah satu Konsep Pembelajaran yang tepat adalah konseptual dengan mengaitkan peristiwa yang telah berlalu dengan realitas atau konteks kekinian ternyata lebih membuat ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran sejarah. Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berarti hubungan, konteks, suasana dan keadaan (KUBI, 2002 : 519) dapat di artikan dengan suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum kontekstual mengandung arti yang berkenan relevan, ada hubungan atau kaitan langsung mengikuti konteks, yang membawa maksud dan makna  dan kepentingan.
Menurut DepDiknas (203 :5) Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan perencanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai suatu contoh Masa ketika Indonesia memasuki periode kerajaan-kerajaan besar adalah abad emas yang patut dibanggakan. Banyak aspek kemajuan yang belum diungkap di tataran pendidikan formal. Seiring perjalanan waktu, cukup banyak memori kolektif bangsa yang justru di masa kini menjadi isu yang banyak diperbincangkan. Sebagai contoh, konsep ekonomi maritim global, ekonomi agraris, ketahanan negara serta kemajuan taraf intelektual, menjadi beberapa tema pokok yang dahulu pernah berkembang di Nusantara di bawah kerajaan-kerajaan besar. Penekanan kekhasan suatu kerajaan merupakan modal penting dalam mewujudkan pengajaran sejarah yang kontekstual dengan kekinian.
Penggunaan metode tersebut dalam kegiatan pembelajaran sejarah, kita akan menemukan bahwa Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi peserta didik materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori peserta didik, sihingga tidak akan mudah dilupakan
Yang terpenting adalah Dalam kegiatan pembelajaran yang merekontruksi kembali kehidupan masa silam tersebut, peserta didik dapat menemukan jati dirinya sebagai generasi muda Indonesia yang berjiwa nasionalisme yang mencintai sejarah bangsanya sebagai modal untuk bersaing era globalisasi.
Jadi jelaslah bahwa belajar sejarah bukan sekedar menghafal dan memahami suatu kejadian pada masa silam. Belajar sejarah harus bermuara pada tindakan dan kehidupan nyata.

#Salam!
Read more...